Reggae Masalalu

Tentang Reggae


Awal mulanya kami sekumpulan mantan wartawan foto Majalah Mingguan Berita Tiras dan alumni University of Groningen The Netherlands yang suka musik Reggae dan gemar mengadakan perjalanan ke alam bebas yang penuh tantangan.
Akhirnya, pada tanggal 6 Mei 2007, dengan kesatuan pemikiran, visi dan komitmen yang sama kami sepakat bersatu dan melebur bersama para penggemar musik reggae dan para musisi reggae untuk mengembangkan musik Reggae di Indonesia.
Visi dan misi kami adalah mengembangkan musik Reggae di Indonesia sebagai musik perdamaian dan persaudaraan di negeri yang indah ini. Terlebih realitanya, musik reggae adalah musik cinta damai yang tidak memandang status sosial, usia, kepercayaan bahkan komunitas apapun. Tidaklah berlebihan, jika kami ingin "memasyarakatkan reggae dan mereggaekan masyarakat". One Love - One Soul.
======================================================================
At the beginning, we were a group of photo-journalists of Tiras News Weekly Magazine and the alumni of The University of Groningen, The Netherlands who like reggae music and enjoyed to plan and go on adventurous trips in the open area full of challenges.
Finally, on the 6th of May 2007, with the similarity of thoughts, vision and commitments, we decided to unite and cooperate with the listeners, fans, and musicians of reggae music to make it more developed in Indonesia.
Our vision and mission is to develop reggae music in Indonesia as the music of peace and brotherhood in this beautiful country. Moreover, the reality is that reggae music is the music of peace that does not differ social status, age, beliefs, and any communities. It is not exaggerating if we want to make reggae as the music of the communities and to make a reggae community afterwards.
One Love - One Soul
Board of Indoreggae
President-Founder: Firama Latuheru
Co.Founder: Tondy S.Diredja
Vice President: Agustian, Rama Ramsati Martha
Secretary: Lia Permatasari
Public Relations: Ellen Sihasale, Viska Umbara
Marketing & Promotions: Hertogh, Handian Fandu Winata
Legal & Advocacy: Anton Bayu Samudra, SH
News Division: A.J. Siahaan, Firama Latuheru
Community Relations: Raedy Rahman, Simon Petrus, Ida Bagus Gede S, Lahesa Syah Alam, Jessica Anita, Benny Rumayom, Caroline T, Posma Coky, Hery Nandar, Octa Simatupang, Asyer Misael Mewengkang, Glenn Tanamal, Andrian Gusnatilla, Achmad Fariz, Joko Kristono, Djaka Aditya, Tower Dewata, Hendra Saputra.
Musicians: Asian Roots, Tony Q - Rastafara, Joni Agung & Double T, Black & Company, MasAnis, Green Paradize, Pasukan Lima Jari, Little Birds, Secretplace, Ras Muhamad, Souljah, Sireum Ateul, Gangstarasta, Posner, Cozy Republic, PMS & The People, Teh Manis, UpRising, Matahari, My Reggae, Flobaja, Soya, Soundxinor's, Lokal Ambience, D'Lobbies, De'Jenks, Mozambique, Peron Satu, The Babylonians, Marapu, Masamune, Shore, Smoke Gimbal, Bakscherrys, DeWayterz, Pure Instinct, Heavy Monster, Daun Sirih, The Artificials, Djimbe, Don Rzk Da Munkee, The Fictive, Jamaican Soul, dSempruls, Kingston Jamaica, The Red Lock, Green Savanna, Momonon, Uncle B, Maddening Pace, LangenSuko, Rabanasta, Djaloer Pitoe, Jamaican Today, Reggaeneration, WhiteSand, Samalona, Dobu, Jester, Coconut Head, The Batang Rasta, The Vagabond, Psycho, Sunset, Saestu, Pallo, Junior Gong, Primitif, Trenchtown, Devina, Horerasta, Buksbunny, Banana Jamm, 354, Sound Rebel, Rastabara, Jahblezz, MarQpat, Another Project, Unity, Steven Zayon, Pastel, Rasjiman, Boys'N'Roots, Crossing Corner, Bradda Jah Rastafari, Kakilima, Joe The wine, Sound of Jashua, Gang Boentoe, The Jahhope, The Paps, Taffgong, Kingston, Ranah Rasta, Ricard The Gillis, Coffee Reggae Stone, Bamburasta, BlackTea, Lazy Lemon, Andreas & Banana Beach, DJ Lava (Curio Lava), South District Borneo Reggae, White Cloud, Dancing Daddy, Los Ganjalez, The Farmer Family, Kakilima, D'Blow, Bradda Jah Rastafari
READMORE
 

Perjalanan Reggae di Indonesia

Musik Reggae sebetulnya sudah lama digaungkan di Indonesia sekitar tahun 1980-an, dengan munculnya band Reggae Abreso dalam acara Reggae Night di Taman Impian Jaya Ancol.
Sekitar tahun 1985 band yang seluruhnya personil pemuda asal Papua ini pernah performing di Christmas Island selama tiga bulan yang diprakarsai oleh Yorries Raweyai. Pada tahun 1984 Abreso pernah rekaman lagu-lagu Reggae.
Selain itu, masih di era tahun 1980-an ada lagu “Dansa Reggae” yang dinyanyikan oleh Nola Tilaar iringan musik oleh Willie Teuguh.
Lagu ciptaan Melky Goeslaw itu adalah salah satu lagu Reggae yang mengajak masyarakat dari berbagai latar belakang kultural bisa ramai-ramai menikmati reggae. Dengar liriknya: "Orang Jawa bilang, ’monggo dansa reggae’!"




Pada tahun 1980 "Abreso"

Tahun 1986 “Black Company”.
Tahun 1988 "Air Mood"
Akhir tahun 1989 "Asian Roots".
Tahun 1989 "Rastafara "
Tahun 1989 "Asian Rasta"
Tahun 1990 "Imanez"
Tahun 1993 "Asian Force"
Tahun 1993 "Jamming"
Tahun 1994 "Kingky Reggae"
Tahun 1997 "Batavia Reggae"
Tahun 1997 "Sireum Ateul"
Tahun 1998 "Souljah"
Tahun 1999 "Matahari"
Tahun 2000 "Marapu"
Tahun 2001 "Gangstarasta"
Tahun 2002 "Flobaja"
Tahun 2002 "DeJenks"
Tahun 2003 "Ras Muhamad"
Tahun 2003 "Green Savanna "
Tahun 2003 "Uncle B"
Tahun 2004 "My Reggae"
Tahun 2004 "Mozambique"
Tahun 2004 "Little Birds"
Tahun 2004 "Primitif"
Tahun 2004 "Peron 1"
Tahun 2004 "Jahblezz"
Tahun 2005 "Taffgong"
Tahun 2005 "Pasukan Lima Jari"
Tahun 2005 "Masamune"
Tahun 2005 "Secret Place"
Tahun 2005 "Lokal Ambience"
Tahun 2005 "The Red Lock "
Tahun 2005 "Coffe Reggae Stone"
Tahun 2006 "Soya"
Tahun 2006 "Bakscherrys"
Tahun 2006 "Soundxinor's"
Tahun 2006 "PMS & The People"
Tahun 2006 "Jamaican Soul"
Tahun 2007 "Teh Manis"
Tahun 2007 "D'Lobbies"
Tahun 2007 "The Babylonians"
Tahun 2007 "Joe DeWine "
Tahun 2007 "Pa'Ce Rasta"
Tahun 2007 "Another Project"
Tahun 2007 "354"
Tahun 2008 "Ranah Rasta"
Tahun 2009 "Dancing Daddy"
Tahun 2009 "Unity"
READMORE
 

Daftar Nama Band Reggae Indonesia

READMORE
 

Duta Reggae Indonesia

MUSIKUS reggae di Indonesia tak sekadar bermain musik. Seraya menyebarkan musik, mereka sekaligus mengabarkan bagaimana keadaan musik di Indonesia ke seluruh penjuru dunia.

Itulah yang lakukan Ras Muhamad, yang baru-baru merilis album baru bertajuk Next Chapter. Dalam album itu, Ras mengekplorasi dimensi baru yang dia sebut conscious roots reggae yang acap tak pernah ditelusuri para peminat musik Jamaika di Tanah Air.

Album terbaru setelah debut album Reggae Ambassador (2007) itu lebih berwarna. Dia menggaet banyak musikus internasional, setelah berkeliling Eropa untuk manggung. 

Saat itulah Ras disebut-sebut sebagai duta reggae Indonesia.
Lagu ”Only Jah Know”, misalnya, dia kerjakan bersama musikus dari Kenya, Kasimba. 

Bersama Admiral P, dedengkot reggae Norwegia, dia menggarap lagu ”Wicked Again” yang mengisahkan kekerasan akibat kemiskinan dan program pendidikan yang kurang membangun moral untuk menjaga keberadaban.

”Beberapa lagu dalam album saya lebih banyak menganut prinsip equal, rights, and justice (hak dan keadilan setara bagi semua-Red),” ujar pria yang menghabiskan masa hidup di New York, AS, itu.

”Kesenjangan sosial membuat nilai-nilai moral menurun. Manusia tak lagi peduli pada sesama. Manusia hanya dipenuhi sifat individualis,” kata dia.

Nasionalisme

Albumnya berisi 20 track berisi 13 lagu dengan sisa intro-intro eksperimental. Melalui eksplorasi dub reggae, Torsha, produser andal dari Norwegia, mengerjakan lagu ”45” yang merupakan lagu bersemangat nasionalisme bagi generasi muda.

Dia menuturkan kerja sama dengan para musikus mancanegara itu tak semata-mata dalam mengomposisikan musik. Itu juga menciptakan interaksi antara musikus Indonesia dan internasional untuk bertukar pikiran.

Duta reggae Indonesia yang diunggulkan sebagai perih komposisi reggae terbaik 2008 Anugerah Musik Indonesia itu yakin reggae adalah musik revolusioner dan progresif. 

Dengan mengacu semangat mendiang Peter Tosh, gitaris Bob Marley, Ras tak ragu-ragu mengangkat masalah keseharian dalam konteks sosiopolitik melalui albumnya.

Ya, album itu mengekspresikan musik sebagai cermin kehidupan dan kenyataan. Itu terlihat dari lagu ”Crisis”, ”The System”, dan ”Make Way”.

Pemilik nama asli Muhamad Egar itu memang pengagum Soekarno dan Che Guevara. ”Bisa dibilang album terbaru saya banyak dipengaruhi oleh Soekarno. Idealisme dan konsistensi terhadap pemikirannya menginspirasi saya,” ujarnya.

Kini, selama Ramadan, Ras sibuk menggarap video klip ”Jah is Love” yang disutradarai Taufik Djafar.
READMORE
 

Asal Usul Musik Reggae

Mungkin diantara para pembaca sudah tidak asing lagi dengan musik reggae, musik yang terkenal di populerkan oleh Bob Marley. Oleh karena itu saya tertarik untuk menulis artikel tentang reggae dan sebagaian isi dari artikel ini saya ambil dari forum kaskus.us.
Sekitar tahun 1920-an, orang-orang Kingston Jamaica hidup dalam keadaan miskin dan melarat, mereka ditindas oleh penjajah kulit putih ini menganggap ‘White Imperialisme’ .
Kemunculan falsafah yang dikenali sebagai ‘Back To Africa’ yang dipelopori oleh Marcus Garvey, yang mengajak kaum kulit hitam mengukuhkan kembali kepercayaan mereka terhadap asal-usul nenek moyang mereka. Keyakinan mereka bertambah dan seorang ‘Black African’ bernama Ras Tafari Makonnen telah ditabalkan sebagai Maharaja Ethiopia dengan gelaran Emperor Haile Selassie 1 dan para pengikutnya menggelarkan beliau Rastafarians dan menganggap mereka salah satu daripada 12 puak Israel dan mempercayai Haile Selassie 1 adalah ‘Conquerring Lion of the Tribe of Judah’.
Kepercayaan semasa awal kemunculannya amat radikal berbanding sekarang. Rastafarians membenci golongan kulit putih dan melabel budaya mereka sebagai ‘Babylon’-tidak asli dan tidak ikhlas, tamak dan meterialistik. Kematian Haile Selassie 1 pada tahun 1974 memang tidak disangka oleh Rastafarians, malah ada ynag menuduh kematiannya satu konspirasi media kaum kulit putih. Bagai manapun budaya dan agama ini terus berkembang walaupun maharaja telah tiada. Nama besar yang telah kembangkan Rastafarianisme tahun 1970an adalah Bob Marley.
Pada mulanya muzik golongan Rastafariansme adalah ska dan berubah ke rocksteady dan reggae. Raggae mengekspresikan mereka, serta memprotes ketidakadilan dan penindasan yang dideritai oleh orang-orang Jamaica.Salah satu aspek Rastafarianisne yang dipandang hina adalah penggunaan ganja sebagai salah satu ‘alat utama dalam kehidupan dan upacara keagamaan. Mengenai rambut Dreadlocks ,Rastafarians tidak menggalakkan pengikutnya menyukur, menyikat rambut, atau mengguntingnya seperti dikatakan dalam kitab mereka. Bagi mereka, rambut yang panjang berketul-ketul serta liar tak terurus adalah diibaratkan ‘Lion of Judah’, satu simbol berbentuk kepala singa yang melambangkan kekuatan Haile Selassie 1.
Beliau dikatakan memiliki cincin kepala singa dan beliau telah menyerahkan kepada Bob Marley sebelum kematiannya. Perkataan ‘Dreadlocks’ dipopularkan oleh Bob Marley melalui lagu ‘Natty Locks’. Dari segi warna merah melambangkan Gereja Triumphant atau gereja Rastafarians dan darah mereka, warna kuning melambangkan kekayaan Ethiopia dan warna hijau melambangkan keindahan dan kesuburan tanaman di Ethiopia.
Marcus Garvey yang mempelopori perjuangan kaum negro secara terorganisir dengan membentuk The Universal Negro Improvement Association yaitu organisasi yang membangun kesadaran baru diantara orang-orang asli Jamaika pada tahun 1914 di Jamaika. Berbeda sekali dengan Bob Marley yang telah menyuarakan kaum tertindas dalam lagu-lagunya tanpa ada usaha untuk membentuk organisasi perlawanan.
Sumbangan terbesar dari Bob Marley adalah mempopulerkan kepercayaan Rastafari keseluruh dunia lewat lagu dan musik yang dimainkan. Seandainya Marcus Garvey tidak membentuk organisasi perlawanan, mungkin budaya rambut rasta tidak akan mendunia seperti sekarang. Budaya yang notabene milik kaum hitam yang sering diidentikkan dengan budaya kaum budak sekarang justru dihargai oleh kaum kulit putih bahkan ditiru habis-habisan, dijual keseluruh dunia sebagai komoditi oleh kaum kapitalis karena mendatangkan keuntungan. Tengok saja dari cara berpakaian, jenis musik yang sering dilantunkan kaum hitam, gaya rambut kaum hitam akhirnya sekarang diadopsi oleh kaum kulit putih yang dahulu merasa yang membuat budaya dunia.
Sejarah gerakan penyadaran identitas kaum kulit hitam, yang kemudian bertemali erat dengan keberadaan musik reggae, mulai disemai pada awal abad ke-20. Adalah Marcus Mosiah Garvey, seorang pendeta dan aktivis kulit hitam Jamaika, yang melontarkan gagasan “Afrika untuk Bangsa Afrika…” dan menyerukan gerakan repatriasi (pemulangan kembali) masyarakat kulit hitam di luar Afrika. Pada tahun 1914, Garvey mendirikan Universal Negro Improvement Association (UNIA), gerakan sosio-religius yang dinilai sebagai gerakan kesadaran identitas baru bagi kaum kulit hitam.
Pada tahun 1916-1922, Garvey meninggalkan Jamaika untuk membangun markas UNIA di Harlem, New York. Konon sampai tahun 1922, UNIA memiliki lebih dari 7 juta orang pengikut. Antara tahun 1928-1930 Garvey kembali ke Jamaika dan terlibat dalam perjuangan politik kaum hitam dan pada tahun 1929 Garvey meramalkan datangnya seorang raja Afrika yang menandai pembebasan ras kulit hitam dari penindasan kaum Babylon (sebutan untuk pemerintah kolonial kulit putih—merujuk pada kisah kitab suci tentang kaum Babylon yang menindas bangsa Israel). Ketika Ras Tafari Makonnen dinobatkan sebagai raja Ethiopia di tahun 1930, yang bergelar HIM Haile Selassie I, para pengikut ajaran Garvey menganggap Ras Tafari sebagai sosok pembebas itu. Mereka juga menganggap Ethiopia sebagai Zion—tanah damai bak surga—bagi kaum kulit hitam di dalam maupun luar Afrika. Ajaran Garvey pun mewujud menjadi religi baru bernama Rastafari dengan Haile Selassie sebagai sosok yang di-tuhan-kan.
Pada bulan April 1966, karena ancaman pertentangan sosial yang melibatkan kaum Rasta, pemerintah Jamaika mengundang HIM Haile Selassie I untuk berkunjung menjumpai penghayat Rastafari. Dia menyampaikan pesan menyediakan tanah di Ethiopia Selatan untuk repatriasi Rasta. Namun Haile Selassie juga menekankan perlunya Rasta untuk membebaskan Jamaika dari penindasan dan ketidak adilan dan menjadikan Rastafari sebagai jalan hidup, sebelum mereka eksodus ke Ethiopia.
Tahun-tahun setelahnya kredo gerakan tersebut makin tersebar luas, yakni “Bersatunya kemanusiaan adalah pesannya, musik adalah modus operandinya, perdamaian di bumi seperti halnya di surga (Zion) adalah tujuannya, memperjuangkan hak adalah caranya dan melenyapkan segala bentuk penindasan fisik dan mental adalah esensi perjuangannya.”
Ketika Bob Marley menjadi pengikut Rastafari di tahun 1967 dan setahun kemudian disusul kelahiran reggae, maka modus operandi penyebaran ajaran Rastafari pun ditemukan: reggae!

Ini dia foto sang Legenda .

READMORE
 

Hikayat Pohon Ganja


Pohon ganja telah menjadi momok yang begitu menakutkan di tengah-tengah masyarakat. Predikat haram, perusak generasi muda, barang memabukan , dan julukan-julukan negatif lainya telah mendarah daging dalam pikiran masyarakat. Tanpa kita sadari informasi tersebut tidak saja menodai pikiran kita, tetapi juga telah menjelma menjadi sebuah ke bijakan internasional yang sangat di sanjung-sanjung. Memberantas pohon ganja seolah-olah memberantas kejahatan. Menangkap pengguna ganja di anggap sebagai suatu kewajiban negara 
dalam usaha menyejahterakan warga negaranya.
   Sejarah dan ilmu pengetahuan ternyata berkata lain. sejak 12.000 SM sampai dengan 1900-an ganja lebih di kenal sebagai pohon kehidupan karna manfaatnya untuk menompang peradaban manusia. Seratnya untuk pakaian dan kertas, bijinya sebagi sumber protein dan minyak nabati, bunga dan daunya sebagai obat dan sarana rekreasi maupun spritual. Lalu, mengapa pohon sejuta manfaat ini dilarang..? mengapa kita semua terkena tipu daya mereka..? Yang terpenting, beranikah anda membaca dan memaknai kenyataan pohon ganja yang sesungguhnya..?
(Hikayat Pohon Ganja: 12.000 Tahun Menyuburkan Pradaban Manusia/Tim LGN/hlm386/Desember2011/ISBN:978-979-22-7727-2)

READMORE
 

Tony Q Rastafara Tampil di Australia

Tony Waluyo Sukmoasih, pelopor musik reggae di Indonesia yang populer dengan nama Tony Q Rastafara, akan berangkat ke Australia pada Rabu (7/9) sore, bersama bandnya, Rastafara. Keberangkatan Tony yang asli Semarang, ke Australia dalam rangka memenuhi undangan dua festival reggae internasional yang akan berlangsung di benua kangguru itu.


Sebagaimana ditulis Rolling Stones, festival yang pertama ialah Reggae Town World Music Fetival, yang akan berlangsung pada tanggal 10 September 2011 di Cairns, Queensland. Dalam festival yang menggunakan tiga panggung itu, Tony bermain di panggung Kulcha Stage, tempat yang sama di mana Bonjah, Kuintet Blues & Roots asal Tauranga, juga akan tampil di sana.

Dan kedua ialah Byron Bay Reggae Festival yang akan berlangsung pada tanggal 18 September 2011 di Ballina, Newsouth Walles. Dalam festival yang berlangsung selama dua hari itu, dia akan main di panggung utama bersama band-band reggae ternama, salah satunya ialah Jah Mason musisi asal Jamaica.

"Kami diundang main di acara itu pada Februari lalu. Saat itu kebetulan aku sedang di Sydney, sedang jalan-jalan," kata Tony. Dia melanjutkan, "Lalu ketika aku balik ke Indonesia, kami mengusahakan visa keberangkatan."

Tony mengaku mendapatkan dukungan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata serta Kementerian Pendidikan Nasional untuk urusan transportasi. "Kami mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan Nasional dalam melaksanakan Program Beasiswa Unggulan P3SWOT. Karena kebetulan kami kekurangan biaya ke Byron Bay. Baru kemarin sore kami dapat kabar mereka mau support," jelasnya.

Selain akan tampil di dua festival tadi, Tony Q Rastafara juga dijadwalkan tampil di Opera House Sydney pada tanggal 9 September 2011 dalam memromosikan Pulau Komodo yang diprakarsai oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Sebagai satu-satunya perwakilan Asia dan khususnya Indonesia di dalam festival-festival tersebut, Tony mengatakan ingin memperlihatkan musik reggae khas Indonesia kepada khalayak di sana.

"Konsepnya kita mau bawa musik reggae yang sangat Indonesia ke sana. Lagu-laguku kan Indonesia semua. Konsep musiknya pun memakai not-not Jawa atau Bali," katanya. "Aku pengen mengusung, bahwa reggae sudah berevolusi seperti ini. Ini lho reggae Indonesia!"

READMORE